gambar

gambar
LINDUNGILAH ALAM SEMESTA.......!!!

Senin, 17 Oktober 2011

BABAKAN SILIWANGI BANDOENG DARI MASA KE MASA..........






BismiLLAAHirrohmaanirrohiim....

TAHUN  1930-an
    Pada era ini LEBAK GEDE merupakan hamparan sawah yang sangat luas.  Hamparan hijau tersebut juga merupakan persimpangan De Grooteweg (sekarang jalan Siliwangi) dan Huygenweg (jalan TamanSari).  Disebelah Barat LEBAK GEDE terdapat sungai Cikapundung sedangkan di Utaranya terdapat panorama Villa "Mei Ling" milik Ang Eng Kan,  seorang juragan beras masa itu,  yang dirancang oleh F.W Brinkmann.  Jalan masuk ke Villa kini terkenal sebagai jalan Sangkuriang.  Kawasan LEBAK GEDE sebenarnya juga direncanakan sebagai Green-belt kota oleh pemerintah Kolonial Belanda.



TAHUN 1940-an
    Pada era ini di sebelah Barat LEBAK GEDE mulai bermunculan rumah penduduk.


TAHUN 1970-an
    Pada era ini dibangun komplek SENI dan BUDAYA serta rumah makan di LEBAK GEDE.


TAHUN 1990-an
    Di akhir era ini dilaksanakan pembangunan SABUGA dan Sarana Olah Raga Ganesha (SORGA).  Pembangunan ini pada mulanya mendapat tentangan dari pemerintah Kota Bandung kala itu karena pemerintah Kota tetap akan mempertahankan kawasan tersebut sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH).  Namun setelah ada kesepakatan antara pihak ITB dengan Pemerintah Kota Bandung,  bahwa ITB akan menghijaukan LEBAK Siliwangi,  pembangunan sarana Olah Raga mendapat izin dengan peruntukkan lahan kawasan ini ditetapkan sebagai fasilitas rekreasi,  budaya dan pendidikan yang tidak bersifat hunian permanen.  Pengembangan sarana Olah Raga tidak mengambil seluruh lahan yang ada.  Sisa lahan tetap dibiarkan hijau dengan pepohonan beserta fungsi-fungsi komplek seni dan budaya serta rumah makan yang telah ada sebelumnya.  Lahan sisa seluas 3,8 hektar inilah yang kini lebih dikenal dengan sebutan BABAKAN SILIWANGI.  





TAHUN 2000-an
    Seiring dengan perkembangan Kota Bandung.  BABAKAN SILIWANGI yang memiliki nilai lokasi yang cukup tinggi (karena dekat dengan perguruan Tinggi dan pusat aktivitas) semakin mendapat tekanan pembangunan yang tinggi pula.  Pada tahun 2002-2003 terdapat konflik dalam usulan rencana pembangunan apartemen pada kawasan ini.  Pertentangan muncul karena usulan pembangunan yang bertujuan untuk menjadikan BABAKAN SILIWANGI sebagai potensi pemasukan (income) yang besar bagie Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandung berlawanan dengan perannya sebagai fasilitas ruang terbuka kota.  Sebagai tambahan informasi,  BABAKAN SILIWANGI yang merupakan Ruang Terbuka Hijau,  dianggap beban bagie Pemerintah Kota karena tidak menghasilkan pemasukkan bagie PAD Koya Bandung.  Pembangunan apartemen ini pun akhirnya dibatalkan.


TAHUN 2011
    BABAKAN SILIWANGI dicanangkan sebagai WORLD CITY FOREST yang diharapkan dapat menjadi monumen yang akan mengingatkan pentingnya keberlanjutan lingkungan hidup.  Setelah ini,  BABAKAN SILIWANGI diharapkan akan menjadi preseden di mana fungsi ekologi dan fungsi ekonomi bisa berjalan beriringan tanpa merugikan satu sama laen.

    -   Semoga bermanfaat.... -

Tidak ada komentar: